Minggu, 10 April 2016

Loyalitas vs Integritas

Loyalitas vs Integritas
Oleh: Dr. Cakra Arbas, SH.I, MH.[1]

Hari-hari belakangan ini, aksi para penyelenggara negara bagaikan drama sinetron, sambung menyambung secara berseri dalam mempertontonkan berbagai tindak tanduk dan tingkah laku yang dinilai tidak sinergi antara satu dan lainnya, dalam mewujudkan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan. Ibarat fenomena gunung es, maka yang mampu publik saksikan secara kasat mata tentu hanya segelintir saja yang muncul dipermukaan, oleh karena itu  dapat diasumsikan jauh lebih banyak dan jauh lebih luas berbagai indikasi disharmonis lainnya.
Berbagai perihal tersebut pada prinsipnya juga berimplikasi serta melingkupi para penyelenggara di berbagai daerah otonom. Hal ini menimbulkan kesan, bahwa para pemimpin acapkali menutup mata dan telinga, pura-pura tidak sadar dan tidak tahu menahu dengan berbagai teriakan yang terjadi dilingkungannya, sehingga tanpa disadari telah membenturkan para penyelenggara antara yang memiliki sikap loyalitas dengan yang memiliki sikap integritas.
Ketidakpedulian dalam menerapkan adagium “the right man on the right place”, telah bermuara dengan mencuatnya berbagai gesekan para penyelenggara, khususnya bagi daerah-daerah otonom yang hendak menghadapi kontestasi pesta demokrasi di tingkat lokal. Sehingga tujuan dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan tidak jarang telah terkesampingkan.
Oleh karenanya, sering media mempublikasikan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan nasional acapkali terjadi hiruk pikuk dikalangan para pembantu, dan tidak kalah ketinggalan adanya adagium matahari ganda yang berposisi sebagai panglima dalam menentukan berbagai arah kebijakan. Sementara di daerah otonom, hal yang senada tidak terhindarkan, serta berimplikasi dengan amburadulnya berbagai hakikat ketatanegaraan.  

Loyalitas vs Integritas
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi yang terlibat dalam  persaingan memperebutkan posisi penyelenggara pemerintahan, sering didengungkan bahwa adanya kalimat yang menegaskan menjunjung sikap loyalitas dan sikap integritas, sehingga dapat tercapai maksud tertentu dan dalam periode waktu yang ditentukan.
Frasa loyalitas secara sederhana didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai suatu kepatuhan, suatu kesetiaan. Dengan demikian, dapat dianalogikan bahwa seseorang yang dikategorikan memiliki loyalitas adalah yang mampu memiliki suatu sifat diantara sikap yang patuh, dan atau sikap yang setia. Maka dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, tidak jarang akan mudah ditemui para penyelenggara yang tanpa ada keraguan membusungkan dada memiliki karekteristik loyalitas, untuk mendapatkan sekaligus mempertahankan kedudukan yang telah dimiliki. 
Adanya sikap loyalitas tentu disatu sisi adalah hal yang positif, mengingat dalam menjalankan roda pemerintahan sudah sepantasnya berbagai kebijakan dijabarkan oleh mereka yang memiliki sikap yang patuh, dan atau sikap yang setia. Namun demikian, disisi sebaliknya hendaknya perlu dikritisi, bahwa apa kriteria standar baku seseorang disematkan karakteristik loyalitas ? selanjutnya loyalitas yang diemban, semata-mata dijalankan sesuai dengan kehendak sang penguasa atau didasarkan pada amanat peraturan perundang-undangan ?
Adapun frasa integritas, juga didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai suatu mutu, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Dengan demikian dapat dianalogikan bahwa seseorang yang memiliki sikap integritas adalah yang mampu memadankan berbagai potensi dalam dirinya, untuk terwujudnya kewibawaan dan kejujuran.
Merujuk pada definisi yang menafsirkan secara sederhana antara loyalitas dan integritas, setidak-tidaknya dapat dipahami bahwa disatu sisi terdapat benang merah antara loyalitas dan integritas. Akan tetapi, disisi yang lain terdapat dikotomi dalam memaknai unsur loyalitas dan integritas, sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan, seseorang sering dihadapkan pada pilihan untuk mengedepankan sikap loyalitas, atau lebih mengutamakan sikap integritas.
Menjadi menarik bahwa semestinya sikap loyalitas dan integritas dapat beriringan sejalan, untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan sesuai asas good and clean government. Namun demikian, faktanya telah menjadi rahasia umum bahwa kadangkala tidak jarang mereka yang memiliki integritas akan tergerus zaman, oleh karena akan selalu dibenturkan terhadap mereka yang lebih mengagungkan sikap loyalitas, terlebih loyalitas kepada penguasa bukannya kepada peraturan perundang-undangan.  

Penutup
Berkaca dari berbagai friksi yang melingkupi para penyelenggara pemerintahan, baik secara nasional maupun sebatas di daerah otonom tertentu,  maka jika cita kemakmuran atau kesajehtaraan rakyat yang diutamakan, pemimpin jangan memaksakan diri hanya dikelilingi oleh mereka yang bangga diberi label memiliki sikap loyalitas semata, tetapi sudah sepantasnya yang memiliki sikap integritas agar diutamakan.
Sebagai failasuf, pada suatu masa Plato berujar (disertai penambahan penafsiran) bahwa negara (atau daerah otonom) jika sekali telah dimulai dengan baik, maka akan bergerak kearah kebaikan dengan kekuatan yang terhimpun, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menghindari ketidaksetaraan, ketidaksamaan, ketidakteraturan, yang selalu dan dalam segala tempat menjadi sebab kebencian dan permusuhan, maka besi jangan dicampur dengan perak, kuningan jangan dicampur dengan emas. (Plato, 2015)
Semoga kedepannya dalam meluruskan ketatanegaraan, baik secara nasional, maupun dalam mengemas daerah otonom yang sesuai hakikatnya. Seyogyanya pemimpin mampu memilah dan memilih antara mereka yang memiliki sikap integritas dengan yang hanya memiliki sikap loyalitas. Maka akan lebih indah jika dalam menyelenggarakan pemerintahan, didasari dengan sikap integritas, tentu dengan tidak mengenyampingkan sikap loyalitas.Semoga!
*Tulisan ini juga dimuat pada Harian Waspada, Jumat 8 April 2016



[1]  Penulis adalah PNS Pemkab Aceh Tamiang, dan Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum, UMSU dan UMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar