Pemuda Pusaran MEA
Hegemoni Sumpah Pemuda, membuat alam pikiran bangsa
bernostalgia dengan petuah yang diutarakan founding
father (Soekarno) diberbagai kesempatan, yang menyatakan “… beri aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan
dunia”. Hal ini telah mengindikasikan betapa sentralnya peranan
pemuda dalam mengisi berbagai lini pembangunan dan perkembangan suatu bangsa
dewasa ini.
Bahkan dalam
dinamika ketatanegaraan Republik Indonesia, tinta sejarah telah mencatat
berbagai revolusi, tidak jarang dipelopori oleh pergerakan pemuda (baik
individu – kelompok – organisasi). Merujuk realitas dewasa ini, kiranya
pemuda-pemudi Indonesia dituntut siap dan mampu mengambil pernana di era globalisasi
saat ini, pemuda setidak-tidaknya mampu berperan aktif, diantaranya: Pertama, sebagai penerima realitas
kemajemukan bangsa. Kedua, sebagai
perekat kemajemukan bangsa. Ketiga,
sebagai pendukung kualitas kepemimpinan. Keempat,
sebagai penyeimbang kelangsungan bangsa. Serta yang yang penting disadari
dewasa ini adalah agar pemuda tidak gagap dalam menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean).
Pemuda dan KNPI
Dalam salah satu konsiderans lahirnya KNPI, menyebutkan bahwa “… Kami pemuda indonesia menyadari sepenuhnya
dan dengan khidmat menangkap getaran sumpah pemuda yang menggariskan dan
mengejawantahkan tekad satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa, dan piranti
kesatuan dan persatuan, lainnya : sang saka merah putih, lagu kebangsaan
indonesia raya dan bhineka tunggal ika …”
Berdasarkan perihal tersebut dapat dipastikan bahwa walaupun KNPI tidak
dapat dijadikan sebagai representasi atas keberadaan pemuda-pemudi Indonesia,
akan tetapi setidak-tidaknya dapat dipahami bahwa pemuda (melalui sumpah pemuda)
telah menjadi embrio lahirnya KNPI. Sejalan dengan keberadaan KNPI, dewasa ini
dalam menghadapi tantangan MEA, KNPI tidak dapat menghindarkan dirinya untuk
turut berpartisipasi. Oleh karena hal tersebut merupakan visi KNPI, yang antara
lain berbunyi “Terwujudnya pemuda yang
memiliki moralitas dan intelektual berkualitas dan berwawasan kebangsaan yang
tinggi, serta berdaya saing untuk memberdayakan masyarakat dalam pembangunan”.
Tantangan MEA
MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean), setidak-tidaknya memiliki beberapa latar belakang dan berbagai
pertimbangan positif, sebagaimana yang dilansir oleh bbc.com, diantaranya: Pertama, MEA dilakukan agar daya saing
Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi
asing. Kedua, adanya MEA memungkinkan
satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di
seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Ketiga, ILO
menyatakan bahwa pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain
dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan
kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Keempat, MEA akan memiliki sistem yang dapat memantau pergerakan
barang dalam perjalanannya ke negara-negara Asean. Tidak hanya itu, izin barang
ekspor pun akan lebih cepat. Tentunya, hal ini akan menghemat waktu dan biaya
ekspor.
Pada kesempatan
yang sama, berbagai hal positif yang melatar belakangi lahirnya MEA, jika tidak
mampu disikapi secara arif dan bijaksana, bukannya sesuatu yang mustahil akan
berimplikasi negatif bagi masa depan pemuda di Indonesia. Seyogyanya para
pemuda-pemudi Indonesia selain dituntut mampu menjaga ukhuwah dalam persatuan dan kesatuan, tetapi juga diharapkan mampu
mempersiapkan diri dengan berbagai bekal dalam menghadapi MEA, karena jika
sampai pemuda-pemudi Indonesia terlena, jangan menyalahkan jika hanya berposisi
sebagai penonton di negaranya sendiri, atau dengan kata lain para pemuda-pemudi
dari negara Asean lainnya yang akan menjadi “pemain utama” di negeri ini.
Penutup
Dalam
menghadapi berbagai tantangan zaman, khususnya MEA. Sudah saatnya pemuda-pemudi
Indonesia melakukan revolusi diri, sembari menggali dan memantapkan berbagai
potensi diri, seperti: Pertama,
bersikap idealis dan memiliki daya kritis. Kedua,
memiliki kreatifitas dan bersikap optimis. Ketiga,
bersifat penuh kemandirian dan terdidik. Keempat,
mempertahankan nasionalisme dan memiliki jiwa patriotisme. Kelima, mampu menguasai ilmu dan teknologi, serta turut memperkuat
iman dan taqwa.
Semoga kiranya
akan terlahir pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki kematangan, sekaligus mampu
menghantarkan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang benar-benar merdeka
dan berdaulat, serta semoga
KNPI turut berbenah sekaligus mengakomodir berbagai
aspirasi yang akan menghantarkan para pemuda, menuju dan mencapai
kegemilangannya. Semoga!
[1]
Penulis adalah Wakil Ketua DPD II KNPI Aceh Tamiang, dan Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu
Hukum, UMSU dan UMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar